Rabu, 04 Mei 2016

Renault Duster, not Good Enough for Indonesia



Renault Duster, Good but not God Enough untuk Pasar Indonesia

Dua minggu lalu, saya dan keluarga pergi berlibur ke Bandung, namun saat menuju hotel di kawasan Dago Pakar harus menghadapi tanjakan dan jalanan yang rusak, sehingga benar-benar menyiksa mobil MPV kesayangan, belum lagi beberapa tempat yang saya kunjungi disana pun memerlukan kemampuan ekstra sebuah mobil. Saat itu, terbersit dalam benak saya, mungkin enak kali ya kalau punya mobil 4x4 tapi yang tetap bisa dipakai sehari-hari dan bisa diajak liburan ke medan yang cukup berat. 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguQsCB-VDrRMshizYe6oq3-8WhYbuXy1CSQy-O68Vk9lggZdAHSj2L4ZLTqwtjfIe3GtHvm4M7hB59r6LFS7p80NN5SSCN65ag-JehG0TfzqLa4sZ7BX3YbPdgxsEXCQQhY138JGJKQeg/s1600/1805044renault-duster-4x4-2780x390_20150407_193538.jpg
Foto dicuplik dari http://yran4x4.blogspot.co.id



Setelah browsing sana-sini, ketemulah Renault Duster, tapi ternyata ini mobil seperti kurang bertaji untuk bersaing di Indonesia pada hal sudah CKD Pulo Gadung dan memilik spesifikasi yang saya butuhkan. Mesin bertenaga, irit, bisa angkut keluarga, tidak terlalu besar karena tidak muat di parkiran, bisa dipakai di jalanan Jakarta yang sempit dan ruwet dengan motor, serta memiliki bandel.

Jujur saja siapa diantara kalian yang aware dengan Renault Duster? Saya yakin pasti ga banyak. Mobil yang sangat terkenal di Eropa dan India karena fungsionalitasnya yang luar biasa dengan harga yang biasa ini di Indonesia seperti hilang dalam debu. Bahkan mantan pembawa acara Top Gear, James May sangat menyukai mobil ini.

Duster yang di Eropa berada di bawah merek Dacia ini merupakan salah satu produk terbaik yang pernah dibuat aliansi Renault-Nissan secara global. Sejak pertama kali diperkenalkan pada 2010, di Eropa saja Renault Duster sudah sudah laku sebanyak 635 ribu, dan di India dari April 2015-2016 sudah laku hamper 19 ribu mobil.


Review Off-Road Dacia Duster oleh AutoExpress Inggris. Mantap ga tuh!!

Tapi kenapa di Indonesia ga laku? Spesifikasinya luar biasa, hanya dengan harga 350 jutaan kita sudah bisa mendapatkan mobil 4x4 yang mampu menaklukkan medan offroad ringan. Meskipun tanpa full-time diff lock, kemampuan Duster sudah cukup mumpuni. Coba saja lihat di youtube kalau kalian tidak percaya.Salah satunya yang mungkin bisa kalian lihat AutoCar Off-Road Test: Dacia Duster

Dengan interior yang nyaman meskipun agak membosankan, kaki-kaki yang kuat, irit naujubile dan mesin yang ga ada bandingannya. Bayangkan aja, mesinnya cuma 1500 cc 110 PS, tapi torsinya 245 nm pada rpm 1.750 plus 4x4 lagi. Mana ada mobil sekuat ini di Indonesia. Tapi kenapa tidak laku?! Ini pendapat saya kenapa.

 
Silahkan liat interiornya. So dull and void, almost as worst as being sucked up by blackhole!!
Gambar pinjam dari otomotifnet.com
 

Mobil Jepang
Duster bermain di segmen orang-orang yang sensitive sama pendapat bahwa mobil yang bagus itu mobil Jepang. Meskipun sebenarnya di segmen 4x4 dengan harga segitu, ga ada satupun yang bisa dibandingin sama duster, paling yang mirip-mirip torsi dan mesinnya di segmen small-SUV itu ada Chevrolet Trax atau Mistsubishi Outlander Sport, tapi tetap mereka bukan 4x4. Dulu sempet ada Subaru XV, tapi karena ada masalah dengan pemerintah mereka belum jualan lagi. So, practically untuk small-SUV, Duster ga ada lawan.

Belum lagi Duster juga bermain di rentang harga yang ramai dengan medium MPV, seperti pemimpin pasar Innova baru, Honda Freed, Chevrolet Orlando dan pendatang baru Toyota Sienta. Sebenarnya selain Innova, yang lain bisa dilupakan karena memang kedigdayaannya di segmen ini mutlak.

Innova baru sekarang juga memiliki ground clearance yang lebih tinggi dan penampilan yang lebih SUV-like, sehingga mampu menjadi pesaing utama Renault Duster.

 
Puteran buat mengaktifkan mode 4WD. Simple mode for easy driving. 
Lagi-lagi gambar pinjaman otomotifnet.com

Diesel
Renault Duster yang dipasarkan di Indonesia hanya memiliki varian diesel. Orang Indonesia saat ini masih berpikiran bahwa mobil bensin lebih baik daripada mobil diesel karena berisik dan banyak getaran. Padahal sebenarnya anggapan ini sudah tidak lagi relevan.

Seiring dengan meningkatnya, mesin diesel tidak lagi berisik dan penuh getaran. Teknologi commonrail telah merubah semua itu. Coba saja bandingkan Fortuner gen-1 dengan Fortuner baru. Tentu getaran dan suaranya berbeda.

Teknologi commonrail juga diterapkan pada Renault Duster dengan mesin 1.461 cc K9K dCi (direct common-rail injection) yang mampu menyemburkan 245 Nm pada 1750 Rpm. Mesin ini sangat baik dala konsumsi bahan bakar, dalam beberapa review “teman sebelah” bahkan bila menggunakan Pertamina Dex bisa mencapai sekitar 20 km/l untuk perjalanan dalam kota. Coba bandingkan dengan SUV diesel lainnya yang hanya mencapai 10 km/l untuk rute yang sama.

Selain itu, Renault Duster juga memberikan peredaman yang baik, berdasarkan review “teman sebelah” suara mesin tidak terlalu terdengar di kabin, dan memiliki bantingan yang pas untuk sebuah SUV.

k9k-engine 
Mesin 1.5 dCi K9K. Mesin K9K juga dipakai oleh beberapa Mercy tipe A-Class dan B-Class. Orang Jerman saja percaya sama kemampuan mesin ini. Sumber: http://renault-repairs.com/renault-1-5dci-k9k-engine-overview/ 

Hanya ada manual transmition
Salah satu kelemahan terbesar Renault Duster adalah tidak adanya transmisi otomatis, padahal sebenarnya mobil ini sangat cocok untuk dipakai diperkotaan, dan masyarakat perkotaan seperti Jakarta dan Surabaya cenderung lebih memilih transmisi otomatis.

The big why kenapa Renault hanya menghadirkan transmisi manual karena mereka menyasar bos-bos perkebunan yang membutuhkan mobil yang nyaman dan dapat melibas medan off-road ringan. But hey, offroad ringan di Kalimantan, Sulawesi, dan Medan bila hujan akan menjadi offroad berat. Dan bila ini terjadi, tentu bos-bos ini akan memilih D-Cab. Belum lagi D-Cab jaman sekarang itu sudah banyak yang nyaman macam Nissan Navarra dan Mitrsubishi Triton yang sudah jok kulit dan memiliki transmisi otomatis.

Tentu para bos ini akan berhitung, buat apa beli mobil yang cuma bisa dipakai pada saat musim kemarau saja, lebih baik mereka beli D-Cab yang lebih nyaman.


Jaringan After Sales
Hal ini merupakan kunci bila ingin bermain di Indonesia. Kita lihat bagaimana Toyota dan Honda mampu mendominasi pernjualan nasional. Semua salah satu kuncinya adalah tersedianya jaringan aftersales yang kuat.

Diler Renault di Indonesia sendiri saat ini baru 12 saja. Mungkin sebaiknya Renault Indonesia bisa menggunakan aliansinya dengan Nissan untuk dapat menggunakan diler Nissan/Datsun sebagai perpanjangan tangan mereka.

Tuh jaringan nasional mereke cuma ada 12, dan kebanyakan ada di Jakarta, Surabaya, dan Medan. Kaya gini mau suplai untuk perkebunan, kayaknya target pasarnya harus dipikir ulang lagi deh. Sumber: renault.co.id

Brand Renault
Hal inilah factor yang paling penting kenapa Renault Duster dengan segala kelebihannya tidak mampu bertaji di pasar Indonesia. Investasi mereka dalam mengembangkan brand perlu untuk ditambah lagi bila ingin bersaing di Indonesia.

Saya tidak tahu bagaimana dengan kalian, tapi saya seumur hidup belum pernah melihat pameran Renault di mal-mal Jabodetabek atau pusat keramaian lain. Saya cuma pernah melihat Renault di GIIAS dan IIMS, dan di IIMS tahun ini pun mereka tidak hadir. Belum lagi kehadiran mereka dalam komunitas dan acara promosi lainnya juga tidak pernah terdengar.

Review media online mengenai mobil ini juga sangat terbatas, kalaupun ada paling isinya cuma media test drive yang di Puncak tahun lalu dan satu review youtube di channel salah satu majalah otomotif terkemuka. Dan sayangnya, pelaksanaan review majalah ini sangat buruk!!! Come on Autob**d you are better than that!!!

Di komunitas online macam kaskus dan seraya motor juga topik mengenai Renault Duster sangat sedikit, kalaupun ada isinya hanya sales yang stress jualannya tidak laku-laku.

Sepertinya Corporate Communication Renault lebih banyak belanja kebutuhan sehari-hari di Carr*four MT. Haryono daripada meningkatkan brand awareness Renault.

Sayang sekali Renault Duster tidak bisa bersaing di pasar Indonesia. Mungkin sebaiknya Renault Duster bisa diarahkan ke kaum urban seperti yang membutuhkan kendaraan sehari-hari yang irit, dan senang berlibur bersama keluarga ke tempat-tempat yang belum memiliki akses jalan yang baik.

Kemungkinan nasib Renault Duster akan membaik bila PT Auto Euro Indonesia selaku APM membawa Renault Duster AMT yang sudah diluncurkan di India ke Indonesia dan tentunya meningkatkan promosi dan brand awareness mereka. (AFD)